Mandreana, Bayu Arsita (2011) KEGAGALAN AMERIKA SERIKAT SEBAGAI MEDIATOR DALAM PERDAMAIAN ISRAEL- PALESTINA MASA PEMERINTAHAN BARACK OBAMA TAHUN 2009-2010. Other thesis, UPN "VETERAN" YOGYAKARTA.
![]() | Rich Text (RTF) Download (2425Kb) |
![]() | Rich Text (RTF) Download (66Kb) |
Abstract
Amerika Serikat merupakan salah satu negara maju di dunia, baik ditinjau dari perekonomian, sosial-kemasyarakatan dan politik. Apabila dilihat dari bidang politik pasca kemerdekaan Amerika Serikat, negara ini telah mengukuhkan diri sebagai pengawal demokrasi (the guardian of democracy) yang kemudian sampai dengan tahun 2009 mampu dipertahankan baik dalam konteks domestik maupun dalam kancah dunia internasional. Barack Obama yang dilantik pada 26 Januari 2009 merupakan presiden Amerika Serikat ke-44 dari Partai Demokrat yang diharapkan dapat membawa babak baru perdamaian Israel-Palestina. Berbeda dengan rezim sebelumnya (George W. Bush), Obama dihadapkan pada citra Amerika Serikat yang terpuruk akibat kampanye anti terorisme yang dijalankan Bush, sehingga Barack Obama lebih mengedepankan tindakan-tindakan yang persuasif dan normatif dan hal tersebut terkait dengan upaya perdamaian Israel-Palestina Dalam perkembangan percaturan politik internasional, konflik Palestina-Israel telah menjadi salah satu konflik terlama di dunia. Konflik ini semakin parah setelah banyaknya pihak yang terlibat termasuk Amerika Serikat, sehingga konflik berkembang semakin kompleks. Sebelum masa pemerintahan Barack Obama telah terjadi beberapa kali perundingan dilakukan dimana dalam setiap perundingan tersebut tidak pernah lepas dari Amerika Serikat selaku mediator, namun hingga kini realitanya perdamaian itu belum juga terwujud. Hal ini menunjukkan bahwa ada yang keliru terhadap mediasi Amerika Serikat dalam penanganan resolusi konflik antara Palestina dan Israel sebagai kelompok yang bertikai. Peran sebagai mediator yang dijalankan oleh Amerika Serikat seolah-olah hanyalah sebuah retorika politik yang tidak dibarengi dengan suatu ketegasan agar konflik terselesaikan. Namun pada kenyataanya Amerika Serikat tetap saja berkeinginan untuk menjadi juru damai terhadap negosiasi dan resolusi konflik Israel-Palestina tersebut. Pada era kepemimpinan Barack Obama upaya mediasi Amerika Serikat terhadap penyelesaian konflik Palestina-Israel dijalankan melalui mekanisme negosiasi langsung (Direct Negotiation Between Israel and Palestinians) pada 2 September 2010. Mediasi atas prakarsa Amerika Serikat ini dijalankan melalui forum tripartit yang terdiri dari tiga perwakilan, yaitu: a. Presiden Amerika Serikat Barack Obama sebagai fasilitor negosiasi langsung. b. Perdana Menteri Benyamin Netanyahu sebagai wakil dari Israel. c. Mahmoud Abbas sebagai wakil dari ketua otorita Palestina. Prakarsa Barack Obama yang diharapkan dapat menjadi perundingan akhir ke arah perdamaian ternyata mengalami kegagalan seperti halnya perundingan-perundingan sebelumnya. Sebelum negosiasi langsung yang diadakan pada September 2010 diatas terealisasi, Barack Obama juga telah melakukan pembicaraan empat mata baik dengan pemimpin Palestina Mahmoud Abbas dan pemimpin Israel Benyamin Netanyahu. Beberapa pertemuan yang berhasil terealisasi antara lain : a. Pertemuan Obama dan Netanyahu pada tanggal 25 Maret 2010 di Washington. Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan wakil presiden Amerika Serikat Joseph Biden pada 9 Maret 2010. Dalam pertemuan tersebut Obama menyatakan bahwa Netanyahu menolak berbagai masukan dari Obama untuk membatalkan pembangunan Baitul Maqdis Timur. b. Pertemuan antara Obama dan Netanyahu pada 10 September 2010 di Gedung Putih. Pertemuan ini tidak digelar secara terbuka, wartawan dilarang masuk dan hanya berlangsung kurang dari 40 menit. Setelah pertemuan tersebut Obama menyampaikan dalam konferensi pers bersama bahwa Israel akan bermurah hati mengendalikan pembangunan pemukiman di Tepi Barat. Selain mengadakan pertemuan secara bilateral dengan pihak Israel, Barack Obama juga berhasil menggelar beberapa forum pertemuan dengan pihak Palestina, meskipun secara tidak langsung. Hal ini sebagai berikut : a. Pengiriman utusan Amerika Serikat sebagai wakil Obama, George Mitchell ke Palestina untuk bertemu dengan pemimpin otoritas Mahmoud Abbas pada 10 Mei 2009 di Ramallah. Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk meredakan ketegangan antara Amerika Serikat dan Pelestina akibat pembangunan pemukiman Yahudi. b. Pertemuan perwakilan Amerika Serikat Joe Biden pada bulan Maret 2010 yang gagal mencapai kesepakatan tentang konsesi bersama karena pihak Israel terlebih dulu menguasasi lahan pemukiman di Tepi Barat. c. Pembicaraan melalui telefon antara Barack Obama dengan Mahmoud Abbas pada 10 Juli 2010. Dalam pembicaraan tersebut akan diusahakan tentang prakarsa Amerika Serikat dalam mewujudkan kehidupan masyarakat Palestina dan Israel untuk dapat hidup berdampingan. Uraian di atas menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 2010 perdamaian Israel-Palestina masih belum terwujud.
Item Type: | Thesis (Other) |
---|---|
Subjects: | 300 Ilmu Sosial |
Divisions: | Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Hubungan Internasional |
Depositing User: | Ratna Sufiatin |
Date Deposited: | 02 Nov 2011 11:45 |
Last Modified: | 02 Nov 2011 11:45 |
URI: | http://repository.upnyk.ac.id/id/eprint/1482 |
Actions (login required)
View Item |